Rabu, 21 Maret 2012

Puisi Lusuh



Ini adalah pertama kalinya aku datang lagi ke kota mantan SMAku, di kota "Metro, Lampung." yang sudah hampir 3 tahun lebih tak aku kunjungi. Kalau bukan karena digratisi nonton, gak bakalan aku mau maen ke kota ini! Uh, benci. Jadi ingat hal-hal yang kurang menyenangkan dan gak berharap kembali lagi ke sekolah itu.
  Yah sekolah MEWAH, mepet sawah. Merasa gak pernah senang dan bahagia dengan sekolah maupun kostnya. Mengerikan jika mengenang semua itu. Mungkin karena sekolah yang terpaksa atas permintaan kakakku tercinta, yang membuat aku terpisah dengan teman dekatku, ya… Kita berencana untuk 1 sekolahan, tapi ternyata? Terlalu sayang mungkin aku dengan kakakku atau mungkin karena tak ada yang sekolah di Negeri dan alhamdulilah aku yang diterima di Negeri dibandingkan kedua kakakku yang masuk di SMA Swasta.
“Tapikan Swasta yang aku pilih gak jauh beda baiknya dengan Negeri kak?” Belaku agar aku bisa sekolah di SMA Santika Metro. SMA Swasta Favorit di Metro meskipun dengan biaya yang sedikit mahal, tapi tak masalah bagiku karena aku sudah terlanjur suka.
“Rin, biarlah, yang penting sedikit saja kamu bisa membuat perbedaan dengan mampu sekolah di SMA Negeri, jangan seperti kakak, mau ya Rin?” Bujuk kakakku. “Masak iya anaknya Bapak Ibu gak ada yang di Negeri? Kan gak enak juga ma saudara-saudara kita. Mau Ya?” Hebat!! Mampu membuat aku menangis jika sudah menyangkut tentang orangtua. Dan akhirnya aku mau L.
Saat di SMA itu, aku terpaksa kost. Huf, ternyata tak ada kost yang dekat dengan Sekolahan!  Sehingga harus menambah biaya lagi jika mau berangkat sekolah. Apalagi kalau mau shopping! Harus menempuh jarak yang jauh, melewati jalan mulus yang membuat kaki jadi bengkak, namun rada terobati sedikit sie, kalau mau nunggu tebengan. Secara!! Bayangin aja kalau jalan kaki butuh waktu setengah jam baru ketemu tuh yang namanya mobil angkot. Uh sungguh-sungguh tak mau aku membayangkannya lagi!
Setelah melakukan 2 jam perjalanan dari rumah ke kota dengan mengendarai sepeda motor, akhirnya sampai juga di Mall.
Ternyata kota ini tetap panas gak ketulungan, yah kalau gak panas sie cuma waktu hujan dan mendung aja, he sarap.
 Lalu kita masuk dan langsung beli minuman karena gerah banget, kemudian kakakku pamit membeli tiket sedang aku menunggunya di dekat eskalator.
Sambil menikmati minuman yang dibeli tadi, aku mengamati orang-orang yang lalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing.
Tak seperti biasanya aku begitu asyik mengamati mereka, namun ini beda, cowok itu! Sepertinya aku kenal, tapi dia berbeda. Oh my God!! Dia tersenyum padaku! Mengapa hatiku bergetar? Seperti pernah ketemu, tapi di mana? Cowok itu? Benar dia gak asing! Uh tapi siapa? Mengapa dia menuju ke arahku? Sambil salting aku tengok kanan kiri, siapa tahu dia menghampiri temannya, tidak! Tidak ada orang, hanya aku yang berdiri sendiri di dekat eskalator. Iya dia menghampiri aku. Aduh.
 "Hai Rin, Assalamualaikum?" Sapa dia ramah.
 "Waalaikumsalam" Jawabku gugup.
 "Sendiri aja Rin? Gimana kabarnya? Ah Rin, kamu gak berubah jika bertemu denganku?" Rada sombong, namun tak mengurangi raut wajahnya yang manis.
Sedang aku masih sibuk berfikir, siapa dia? Oh no, diakan Ardi!! Iya aku ingat, ingat jerawat di atas hidung dia, gak pindah-pindah tuh jerawat, masih aja betah nangkring di situ, yah yang sering aku perhatikan saat dia lewat depan kelasku, kelas 1 SMA, dulu.
Namun apa yang beda? Pakaian dan celana itu? Sopan? Gak mungkin! Bukankah gaya dia kaya Rock n' Roll yang dulu celana dan baju sekolahnya jadi tontonan teman-teman 1 kelas karena dipotong ma bu Ani, guru BK itu?
Rambutnya?  Rapi dan gak berantakan, gak seperti waktu kelas 3 dulu, waktu dia dan teman-temannya dijemur berjam-jam karena rambutnya yang panjang dan dipirang!
Kata-kata itu? Assalamualaikum? Kamu? kemana loe? Guenya? Benar-benar dirimu berubah Ar, berubah.
"Heh ngelamun aja, mungkin kamu heran ya dengan perubahanku? Yah kamu bukan orang pertama yang heran dengan perubahanku, santai aja. Masih suka ma aku? Hehe, becanda, tapi kamu masih seperti yang dulu ya, tetap kecil." Tanpa ekspresi sambil mencoba mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
 Uh dasar, masih aja seperti yang dulu, reseh dan sok PD, “Alhamdulilah kabar aku baek." Sambil berpaling darinya dan kembali fokus memandang sekitar, agar dia gak tau perubahan wajahku.
"Rin, udah 3 tahun ya kita gak ketemu? Dan maaf jika aku ada salah padamu, oya aku selalu membawa buku kumpulan puisi ini lho, hingga aku berharap bisa bertemu denganmu, namun pertemuan kita terlambat. Tapi, belakangan ini selalu kubawa kumpulan puisi ini kemanapun aku pergi, kecuali ditempat-tempat tertentu, hehehe, dan semua itu ternyata ada hikmahnya ya? Gak nyangka bisa ketemu kamu di sini." Lalu Ardi nyerahin kumpulan puisi miliknya itu ke aku.
"Untukmu."
 "Ha." Aku masih bengong dan bercampur malu, ternyata dia tahu aku menyukai puisi-puisinya!
Yah puisi-puisi yang sering dia tulis di buku pelajarannya, semua buku pelajarannya! Sebenarnya pengen banget aku menyobek kertas-kertas itu dan aku simpan di binderku, tapi apa daya, aku begitu penakut. Seperti halnya takut menatap dan berbicara padanya hingga lulus SMA. Itu juga salah satunya mengapa aku benci SMAku, karena Ardi yang membuat aku tak berguna! Dia yang digandrungi banyak cewek di SMAku dulu, sedang aku? Menulis puisi kacau tentang kamu, gila. Lalu hal terindah adalah bermimpi tiap menjelang tidur bahwa kelak aku mampu menjadi Sinderela buat kamu. Huaa gak mungkin banget! Uh nyebelin!
"Rin, aku gak mau kamu kesambet! Udah deh bengongnya." Sambil menepuk pundakku.
"Aduh sakit goblok, eh maaf." Hingga air minumku tumpah
 "Uh akukan masih haus Ardi!"
"Maaf" sahut Ardi tanpa rasa bersalah.
 "Aku tahu dari Lisa semua rasamu padaku, maaf ya Rin, dulu aku sangat cuek padamu, malah terkadang aku jail dan reseh, namun hahaha kau juga lucu tak pernah membalas, terlihat sangan polos, hehehe. Moga puisi-puisi itu memberikan maafmu padaku tentang dulu ya Rin, mohon doamu moga bisa memperbaiki buruknya sikapku."
Belum selesai berbicara datanglah wanita cantik berbalut busana muslim, cantik. Dia menghampiri kami, dan menuju ke arah Ardi. Tapi aku kaget, bukan nama Ardi yang cewek itu sebut, tapi Abi! Oh no Abi!, mak bres, hujan ya? Hiks.
"Abi, udah selesai?." Tanya cewek itu.
"Udah kok Mi, kenalkan, Viera, tunanganku. Wanita yang membuat hidupku berwarna dan lebih berarti. Doakan ya agar kita bisa sampai ke pelaminan, 2 minggu lagi hari Senin, 14 November 2011. Datang ya, maaf mengundang dengan waktu yang tidak pas." Jelas Ardi dan diiringi cubitan mesra dari Viera.
"Ha? Tunangan?!” Dengan tatapan blo’on namun sebentar mampu dikendalikan. “Iya, Insya Allah aku datang" jawabku setelah berjabatan tangan dengan Viera, entah apa yang aku pikirkan saat ini, yang jelas aku benar-benar blo'on.
"Udah dulu ya Rin, Assalamualaikum."Pamit Ardi.
 "Duluan ya Mbak." Sambut Viera.
 “Waalaikumsalam.” Dan aku langsung terdiam tanpa kata , tanpa bahasa. Sambil melihat kepergian mereka hingga tanpa jejak lagi. Kupandangi buku lusuh yang sedari tadi sudah berada ditanganku, ada apa dengan kata-kata Ardi tadi? Dan mengapa dia memberikan buku kumpulan puisi ini padaku? Semua udah berubah Di! Udah berubah! Aku dah belajar untuk melupakan semua itu, kejadian itu, rasa itu! Kekonyolanku. Ardi!
Tak terasa basah sudah pipiku dengan airmata, ditambah lagi keringat habis kepanasan tadi, lalu kedatangan Ardi yang membawa berita duka bagiku, begitu komplit sudah penderitaanku hari pertama berkunjung ke kota ini, benar-benar tambah benci aku dengan kota ini!! Aduh... Aku merasa ada yang berbeda, gempa ya? Dan Semua terasa gelap.

Oleh :Yeyen Rulyan
14 Oktober 2009 jam 12:05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar