Rabu, 21 Maret 2012

Kasih tak sampai


Oleh : Yeyen Rulyan
Yogya, 24 September 2011

            “Mencintaimu adalah hal terindah yang aku rasakan sekarang.” Ujar Alvin saat di dekat Reina, sahabat karibnya yang dikenalnya 2 tahun lalu. Namun, dekat dan bertemu lagi baru beberapa bulan ini, di sini, di tempat kerja yang sama, -Media Computer, Yogyakarta-
            “Mencintaimu adalah hal terindah yang kini sedang aku rasakan.” Ujar Alvin lagi, namun Reina sahabat karibnya semakin dalam semakin menunduk, entah apa yang dipikirkannya.
            “Kau meragukanku Re?” Suara Alvin tertahan.
            “Atas dasar apa Vin? Aku bukan lagi seperti dulu  lagi, dan bukankah Meila, Meilalah yang selalu kau cinta dan kau agungkan itu. Bukan aku.” Menatap Alvin dalam. Sedang yang ditatap semakin terdiam.
            “Kau tahu tentangku Rei?” Bingung
            “Segala tentangmu, segala kebahagiaan dan kesedihanmu, segalanya yang akhirnya aku memilih pergi dari tempat kerja yang dulu.” Daim sambil meremas tangannya sendiri.
            “Ah Rei, sedalam itukah kau memperhatikanku? Sedang yang aku perhatikan tak pernah mengindahkanmu, dulu.”
            “Bagaimana dengan Meila?” mengalihkan pembicaraan.
            “Kita sudah usai, lama Rei, setelah kau pergi beberapa bulan itu. Dia....” diam
            “Kenapa?”
            “Dijodohkan, dan mungkin pula aku tak cukup bisa membahagiakannya.”
            “Iya, kau tak cukup romantis, hehehehe.” Ejek Rei.
            “Lalu? Bagaimana Rei, apakah aku boleh mencintaimu?” Buru Alvin
            “Boleh, tapi jangan harap aku membalas cintamu,”
            “Kenapa? Aku inginkan kamu Rei, kamulah sosok yang aku harapkan dan aku ingin..”
            “Lupakan Vin, sudahlah sudah sore, sudah saatnya kita pulang, besok kerja pagikan?” ucap Reina.
            Belum ada beberapa menit, datang cowok yang biasa menjemput Reina
            “Sebentar Rei, apakah dia kekasihmu?”
Reina hanya tersenyum
            "Hati-hati Rei,” nasehat Alvin
            “Ya.”

***
“Rei kamu sakit?”
“Gak kok.”
“Tapi kenapa gak pernah berangkat kerja?”
“Eemm, aku....”
“Rei, kamu kenapa?”
KLEX sambungan terputus
“Rei, kenapa kamu?”

Alvin langsung menuju ke rumah Reina, diapun hari ini meliburkan diri. Alhamdulilah, aku gak lupa arah rumahmu Rei, aku khawatir Rei denganmu, ucap Alvin sambil fokus mengendarai sepeda motor hondanya.
            “Assalamualaikum?” sapa Alvin dari luar saat telah sampai di depan pintu rumah Reina.
Belum ada sahutan, dan Alvin kembali mengulang lagi “Assalamualaikum.”
            “Waalaikumsalam” jawab suara dari seberang sambil membuka pintu ruang tamu
            “Alhamdulilah kamu sendiri Rei yang membukanya, boleh masuk?” pinta Alvin
            “Masuklah.”

Diliahtnya Rei secara seksama setelah keduanya duduk di sofa panjang berwarna merah muda. Yaa Reina terliaht lebih kusut dan kurusan, berbeda saat bertemu 2 minggu lalu. Hal itu membuat Alvin tersa ragu untuk bertanya, ada apa denganmu Rei. Sehingga cukup lama mereka hanya saling diam...
              “Rei, kamu sakit apa?” Alvin memulai bersuara
         “Aku gak sakit kok Vin, mungkin Cuma efek dari keinginan kurus, eh malah kekurusan, sambil nyengir.”
            “Gak mungkin, jujurlah, maaf kamu habis putus ya?”
            _Diammm_
            “Alvinnn.” Sambil menunduk menghapus airmtanya
            “Menangislah, putus itu hal wajar Rei, mungkin kau akan mendapatkan yang lebih baik dari dia, percayalah.” Ucap Alvin
            “Vin, jangan cintai aku, jangan pilih aku.”
            “Kok kamu bilang gitu?”
            “Aku, aku sudahh...” _diammm_
Spontan saja Alvin memeluk Reina, entah apa yang membuatnya melakukan hal itu, memeluknya dan menasehatinya.
            “Reina, aku syok. Aku sangat tidak menyangka. Entah Reina aku gak tahu harus bicara apa. Namun Rei, janganlah terlalu lama kau menutup dirimu, tiap orang benar punya masa lalu, yang sangat kelam sekalipun, tapi tidak dibenarkan jika keputusanmu adalah menutup diri itu tetap kau pertahankan. Aku tahu ini sangat tidak menyenangkan, tapi Rei, ketahuilah bahwa aku gak peduli seperti apa dirimu saat ini, aku tetap mencintaimu.” Sambil melepas pelukan dan menghapus air mata Reina. “Udah ya jangan nangis lagi, janji?”
            “Alvin, jangan pilih aku.”
      “Rei, aku akan menikahimu, aku menerimamu apa adnya Rei, aku mencintaimu Rei, mari kita bersama-sama berbenah Rei,” Bujuk Alvin
            “Alvin, aku sudah...”
            “Huzzz, lupakan, aku tetap mencintaimu.”

****
            “Ya Allah, jikalau dia yang terbaik dan dipilihkan untuk aku, dekatkanlah dan lindungilah dia ya Allah, jadikan aku seorang wanita yang baik pula untuk kehidupannya, amieenn...”
Segala persiapan untuk pernikahan Reina dan Alvin telah matang, 1 minggu lagi mereka akan menikah, entah mungkin pula karena itu Reina menjadi gelisah dan senang akan tibanya hari H.
            “Ah, bunda aku sudaah tidak sabar lagi.”
            “Sabar Nduk, jangan buru-buru.” Senyum bunda, yang semakin membuat Reina menjdi salah tingkah.

Hari H yang dinanti-nanti telah di depan mata, sebuah pernikahan meriah dirayakan di rumah mempelai wanita, gemerlap pernikahan yang sederhana diiringan sedikit rntikan air hujan yang sedikit menyambut di kala pagi menjelang, pelaksanaan ijab qobul jam9, dan gerimispun telah mereda. Mempelai pria telah bernagkat dari jam setengah 8 pagi, setidaknya butuh waktu 1 jam untuk sampai di rumah mempelai wanita. Sedang Reina terlihat anggun dengan gaun pengantinnya, betapa terlihat aura kebahagiaan itu. Namun, telah 1 jam berlalu pihak lelaki belum juga datang, selang beberapa menit kemuadian ada terlepon yng mengangetkan dan meluluhlantahkan kediaman Pak Sukoco ayah Reina, “Mobil lelakinya mengalami tabrakan dan tidak ada yang selamat termasuk Alvin.”
            “Tidaakkkkk.” Teriak reina, dan kemudian _gelappp_

            “Aku sadar, bahwa memang aku sudah tidak bisa menjadi kebanggaan bagi seorang lelaki, wanita yang tidak punya penghormatan yang harus diberikan. Tapi setidaknya aku punya arti untuk kedua orangtuaku, menjadi teman yang baik, menjadi orang yang berguna untuk orang lain, semakin dekat -dengan-Nya?-.... ah setidaknya ada sedikit rasa indah yang dapat aku persembahkan untuk sekelilingku sekalipun aku tidak bisa memberikan mahkota indah itu, untuk lelakiku? Ucap Reina tertahan sambil menangis, ketika berziarah ke makam Alvin pada hari ke -7.
            ‘Alvin, aku tetap sendiri, dan mungkin akan sendiri, aku akan menjemputmu nanti di sana, tunggu aku ya.”

Sejak saat itu tiadapun hatinya untuk yang lain hingga menutup mata.......................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar