Rabu, 21 Maret 2012

Ariani-Ariani


Oleh :Yeyen Rulyan 
Yogyakarta, 8 Juni 2011


"Sejak aku merasa bahwa aku tak bisa lagi mendapatkan cintamu." Ucap Dian menunduk.
"Lalu? Jika kau masih mengharapkan aku, apa mungkin kau akan menjadi lebih baik lagi seperti ini?" Tanya Gery dalam.
"Emm, yang terjadi mungkin aku akan mengharapmu, menghayalkan dan menangisimu, bukankah itu tindakan yang lebih bodoh Ger?" Tegang.
"Dian, maafkan aku jika ternyata kau juga sangat tersiksa saat kita telah berpisah."
"Tidak, kau tidak salah Ger, akulah yang bodoh, karena masih menantimu, hingga saat aku terbangun, tidak ada dirimu lagi. Kupikir kau akan datang, menemuiku dan kita kembali, kau memaafkan keegoan dan kecemburuanku terhadap sahabatmu, ah, ternyata itu mimpi, dan aku sadar bahwa aku harus bangkit dengan ataupun tanpamu."
"Lalu? Kenapa kau kembali?" tanya Gery penuh sesal.
"Kurasa aku masih mencintaimu. Gery. Siapa yang sekarang menemanimu?"
"Haruskah aku berucap?" Memelas.
"Hai, aku tak akan menangis, kenapa kau? Dan kuharap tidak ada." Sambil tertawa lebar.
"Ariani."
"Benarkah?"
Sesaat diam, entah apa yang mereka pikirkan, yang jelas segalanya terasa sunyi, hanya suara orang-orang yang lalu lalang mencari tempat nyaman untuk nongkrong.

"Ger,?" lanjut Dian.
"Kapan ya kita ke sini?"
"Kemarin, 3 Tahun lalu."
"Ya, dan kenapa kita bertemu lagi?"
"Entah, mungkin takdir."
"Setelah ini?"
"Dian?"
"Ya," saling pandang.
Ah, masih, masih saja kau mampu membuat aku terdiam, terdiam hingga membisu dengan senyum manis itu Ger....

"Aku,"
"Iya?" Tanya Dian lagi
"2 Bulan lagi,"
"Kau akan menikah?"
"He'em..."
"Emmm" Menunduk, dalam....
"Dian?"
"Ya..."
"Kapan kau mencintaiku lagi?"
"kemarin dan kurasa mungkin hari ini, "
"Kenapa?"
"Tak tahu. Gery?"
"Iya.."
"Emm, boleh aku memelukmu?"
"Kau sakit? Maafkan aku Dian, mungkin aku yang kini menyakitimu."
Dan hanya ada isak tangis yang terdengar, sejenak mungkin ada banyak mata yang memandang, namun biarlah biarkan segalanya mengalir, apa adanya...
"Kau mencintainya?" Tanya Dian dalam peluk Gery.
"Sangat."
"Aku cemburu Ger, dan dia beruntung."
"Jangan, jangan cemburu, kau hanya akan sakit lagi."
"Gery, aku kembali, dan kau tahu? Setelah kurasa aku mampu, aku kembali Ger, untukmu, dan ternyata aku terlambat... Sangat..."
"Dian, "
"Gery, aku pulang."
"Ke mana?"
"Semuanya telah berakhir Ger, dan bukan di sini tempatku, kurasa aku akan menerima tawaran kerja di Kalimantan."
"Karenaku?"
"Salam ya buat dia."
Melepaskan pelukan itu, Dian menghapus airmatanya, lalu mengecup kening Gery untuk terakhir kali dan beranjak pergi dari Alun-alun...
"Dian.."
"Gery, aku baik-baik saja..."
"Maafkan aku, tetaplah kuat dan percayalah bahwa Dia akan memberikan yang terbaik untukmu.."
"Aku mencintaimu, Ger.."
Dianpun pergi menggunakan Honda Jaz barunya dan menghilang.

Dian, kau berbeda, sangat kurasa betapa getaran itu masih ada, tapi mungkin ini yang terbaik untuk kita, kehidupan kita tak sama lagi, aku memilih dan telah memilih Ariani, sahabatku, sebagai calon istriku kelak, maafkan aku Dian..
--- I Love U sayang ---
Pesan singkat untuk Ariani
--- I Love U too Mamas ---



Tidak ada komentar:

Posting Komentar