Rabu, 21 Maret 2012

2 Tahun Akhirnya


Oleh : Yeyen Rulyan
                                                      ***
 

Jarak yang jauh ditambah kesibukan yang ada, membuat aku dan Aryo jadi sulit untuk berkomunikasi. Meskipun kita sering mencoba meluangkan waktu untuk sekedar sapa hai-hai, tetap saja tak seperti dulu.
         Aryo....... Sahabatku yang aku kenal saat di tempat kursus komputer. Berlanjut smsan, sering ketemu, dan kumpul bareng. Tapi entah ngapa saat dekat dengannya, aku ingin bersahabat dengannya, dan itu kesampean karena terasa nyaman dan menyenangkan dekat dengannya dan seharusnya memang seperti itu meskipun Aryo udah berulang kali mengatakan
         ‘ Tik, aku suka ma kamu.’         
         ‘Iya, aku tahu, sebagai sahabatkan? Udah gak usah bahas lagi.’
‘Emang susah ngomong ma kamu, susah banget.’ Saat kita pulang bareng dari kursus.
            Meskipun bersahabat baru setengah tahun, kita udah saling mengetahui sikap dan watak masing-masing.
            Aryo yang anaknya apa adanya, rada egois, bisa dijadiin teman curhat dan punya kemauan keras ini membuat aku ya enjoy juga sie dekat dengannya.
            Sampai akhirnya Aryo harus pergi dan mencari pekerjaan dari bekal kursusnya itu, dan pilihannya adalah kembali ke tanah kelahirannya, Lampung.
            ‘ Ngapa sie gak cari kerja di sini aja? Sambl jagain nenek kamu. Pasti nenek kamu kangen ma kamu, kalau kamu pulang ke Lampung.’
             ‘ Nenekku apa kamu?’ ejek Aryo.
            ‘ yeah, kumat.’
            ‘ Aku dah lama jauh dari orangtua Tik, dan aku ingin kembali ke pangkuan ibunda, ya sekalian cari kerja di sana pasti peluang kerjanya masih banyak, besok anterin aku ke terminal ya?’
             ‘ Pulang aja sendiri.’ Jawabku rasa ketus. ‘ Iya, ya, aku anterin.’ Jawabku datar.

***
         Kini Aryo kembali, dan tak lupa dengan membawa janjinya 2 tahun lalu. Heemmm apa ini yang namanya? Aryo, Aryo.. kaya gak ada yang lain aja.
         Tapi... Mengapa juga selama 2 tahun pasca setelah putus dari Ari, aku serasa tak ingin mencari lagi penggantinya? dan akupun telah memiliki cinta yang udah lama juga aku harapkan, yaitu kerja.
          Ya, kerja yang aku harap bisa menghasilkan uang dan setidaknya memenuhi kebutuhan jajanku tanpa harus ganggu orangtua lagi. Itu juga karena udah saatnya aku benar-benar berbakti kepada orangtua, toh semua yang aku berikan untuk mereka tak sebanding dengan kesenangan, kasih sayang dan fasilitas yang selama ini aku dapat, pekerjaan ini juga yang membuat Ari hilang dari pandanganku.

            ‘Tik, boleh jujur gak?’
            ‘ Udah tahu mau jujur apa.’ Jawabku yang sedang asyik bermain dengan rintikan hujan yang semakin deras, di saat kita berdua berada di tempat makan bernuansa sawah dengan berlantaikan 2.
             Aku memilih di lantai 2 dan duduk di dekat tempat yang mudah menjangkau air hujan, menyenangkan jika sudah bermain dengan air hujan sambil di temani susu jahe anget.
             ‘ Sarap kamu Tik.’ Aryo memulai pembicaraan.
            ‘o.’
            Tik, kamu udah sedikit berubah! Aku pikir setelah putus dari Ari, kamu akan berpaling dariku. Aku senang Tik, saat kamu bilang udah putus dengan Ari, tapi..... tetap saja kamu gak peduli denganku, meskipun aku benar-benar bilang tulus suka ke kamu. ‘
            ‘Ya maaf.’ Aku sejenak memperhatikan Aryo, yang diapun ikut menatapku. Dua mata saling bertemu, namun aku lebih tertarik untuk kembali memandang air hujan. Aryo, kamu sama berartinya dengan air hujan ini, batinku.
            Aryo lalu meminum susu jahe angetnya dan kembali mengutarakan unek-uneknya.
             Aku gak pernah penting ya Tik? Aku gak pernah mengerti dengan sikapmu itu, aku bosen jadi sahabat kamu, yang terus-terusan dengar curhat kamu tentang pekerjaan baru kamu, kampus kamu, dan kamu hanya menganggap angin lalu tentang perasaanku.
             Tapi Tika. Aku salut ma kamu, cewek yang cengeng dan plin-plan ternyata punya kemauan keras untuk berubah dan maju, padahal setahu aku, kamu begitu benci dengan proses, tapi ingat Tik jangan sampai semua membuat masa depan kamu jadi korbannya. Tika??’
             ‘ Apa?’
            Kapan sie Tik aku berarti untukmu, selain sebagai sahabat?’ Aryo akhirnya hanya diam, mungkin merasa kalau dirinya tidak aku perhatikan.
            ‘ Dan hujanpun lebih penting daripada aku?’
             ‘Ya dah lho, ngomong aja yang ingin kamu utarakan, nanti baru gantian aku yang ngomong.’
             ‘ Mungkin aku harus benar-benar untuk melupakan harapanku Tik, cintaku, rasaku padamu, tapi aku tak akan membencimu, karena aku menghargai persahabatn kita, mungkin memang benar sahabat hanya akan tetap bersahabat, dan tak akan pernah jadian, tapi Tik 1 pintaku, saat nanti kamu tlah mendapatkan orang yang dapat menggantikan posisi Ari, aku harus nonjok dia, tenang hanya 1 x kok, dan itu harus kamu setujui.’ Sedang aku hanya tersenyum saja mendengar ancaman dan harapan Aryo.
             ‘Nie boneka darimu, aku kembalikan, karena aku tak ingin boneka ini kesepian seperti diriku.’ Sambil mengeluarkan boneka batik dari jaketnya.
            Dan kita diam dengan pikiran masing-masing.

                                                 ***
Boneka seukuran kepalan tangan orang dewasa yang pernah aku berikan
pada waktu mengantar Aryo ke Terminal.
         ‘ Nie buat kamu.’ Sambil menyodorkan boneka cewek.
         ‘ Untuk aku? Em em pasti yang cowok di kamukan? Ada apa nie?’ goda Aryo.
         ‘PD. Itu boneka buat nemenin kamu kalau pengen buat rusuh dan inget ma aku. Kan gak ada aku yang ke-2 di kota dan tempat kerja kamu yang baru, jadi ganggu ja boneka ini. Jangan sampai persahabatan kita hanya tinggal nama, itu mauku, jangan mikir yang aneh-aneh.’ Lalu aku mengalihkan pandangan ke sekeliling.
          ‘ Tika aneh.’
          ‘ Gak aneh ya.’
          ‘ Tik, kalau kamu putus ma Ari, kabari aku ya, aku yakin boneka ini akan kembali lagi 2 tahun lagi buat kamu. Dan aku bawa kamu ke Lampung.’
         ‘ Ha?’ aku spontan menatap Aryo dibarengi dengan perubahan mataku yang seperti mau copot.
          ‘ Ngapain pulang lagi ke Yogya? Dan masih saja kamu ngarepin aku Yo? Aku itu dah ma Ari, dan hanya ma Ari, udah lupakan rasamu padaku, aku tetap ingin kita bersahabat, titik. Dan sahabat itu gak akan jadian, dalam kamusku.’
          ‘ Masak?’ Giliran Aryo yang mlongo.
          ‘ Nanti aku buat kamusnya.’
          ‘ Uh dasar, emang aneh kamu itu.’
          ‘ Iya sekarang kamu masih ma Ari, aku gak yakin 2 tahun lagi kamu masih ma dia, dan sahabat itu bisa jadian, itu nanti yang aku buat dalam kamusku, kamus siapa sie nanti yang laku? Kita lihat aja 2 tahun lagi, udah gak usah sewot.’ Sambil mengucel jilbabku yang akhirnya terlihat tidak rapi lagi.
         ‘ Sekarang kamu lebih fokuskan diri ke kul kamu yang baru, usahakan bisa bagi waktu kalau ingin nyambi kerja, dan kunci dari itu semua adalah serius, jangan main-main.’ Oceh Aryo dan aku hanya diam saja tak mampu berucap, sampai bis yang akan ditumpangi Aryo datang.   
             ‘Aku berangkat dulu ya Tik, bisnya dah datang, ingat pesanku dan aku harap kedatanganku nanti bisa membuat kamu berubah pikiran. Assalamualiakum.’
          ‘Wallaikumsalam, dasar Aryo sarap. Kabari ya kalau udah sampai.’

                                                       ***
 ‘Jangan mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan pernah mengatakan kamu tak mencintainya lagi, jika kamu tidak dapat melupakannya. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukan jaminan dia membalas cintamu....’ Aku mencoba untuk berhenti bicara sejenak sambil mengatur nafas, sambil berfikir kenapa aku jadi puitis?
Namun Aryo tetap terpaku menunduk sedikit sambil memainkan minumannya dengan sendok berulang-ulang.
 ‘ Tapi.... tunggu sampai cinta itu berbunga di hati.’
 ‘ Dan bunga itu tak pernah tumbuh di hatimu, meskipun aku selalu merawatnya sampai 2 tahun ini.’ Jawab Aryo tanpa merubah posisinya.
 ‘ Tapi jika tidak Yo, berbahagialah karena cinta itu sempat tumbuh dan berarti di hatimu, serta kamu bisa merasakan arti cinta yang sesungguhnya.’
‘ Memang Tik, cinta tak harus memiliki, tapi sebenarnya kita merasa berhak untuk memiliki, dan kamu dapat kata-kata itu dari mana? karena mustahil itu kata-katamu sendiri, kamu itu gak puitis, tapi dingin.’
 ‘Dari temanku, hehe maaf ya, kok tahu sie? Tapi Yo, kamu yang tak pernah memahami hatiku, bahwa dalam diamku ada rahasia yang sesungguhnya cintamu tak pernah bertepuk sebelah tangan. Buat apa status? Jika dengan bersahabat akupun bisa memilikimu melebihi seorang kekasih.’ Aku mencoba menyentuh pundak Aryo, tapi Aryo sudah terlebih dahulu menatapku, sehingga aku tak mampu untuk menutupi rona malu di wajahku.
 ‘ Benarkah Tik yang aku dengar?’
 ‘Iya, itupun sudah lama, saat sebelum kita dekat, sebelum kamu mengutarakan maksud hatimu, dan sebelum aku jalan dengan Ari.’
 ‘ Selama itu?’
‘ Gak lama, cuma suwi.’ Aku mencoba ngehumor, tapi Aryo tetap saja dengan muka yang serius, menyebalkan.
‘ Saat berteman denganmu aku sudah merasa cukup, dan nyaman. Dari berteman itu juga aku bisa mengetahui dirimu yang sesungguhnya, tanpa topeng, dirimu yang sesungguhnya, sampai akhirnya kamu pergi dan saat itu hatiku tak mampu berbohong bahwa aku memang butuh kamu.’ Aryo terlihat malu dan salting.
 ‘ Maaf ya Tik.’
 ‘Oya Yo, boneka ceweknya gak bakalan kesepian kok.’ Sambil mengeluarkan boneka yang sama ukurannya dengan boneka yang tadi di keluarkan oleh Aryo, kita berdua lalu tersenyum.
 ‘Tik, lihatlah di Langit.’ Pinta Aryo saat hujan mulai reda.
  ‘ Pelangi?’ Aku mengembangkan senyum.
  ‘ Manis senyummu Tik, baru aku sadari.’ Rayu Aryo.
  ‘ Yah itulah jeleknya kamu. Pelanginya cantik dan indah ya? Yo?’
   ‘hemm?’
   ‘Kini ku tak hanya melihat 1 pelangi, tapi 2 pelangi. Dan pelangi yang 1 ini akan tersimpan di hati bukan di langit.’ Sambil melirik Aryo.
   ‘ Oya?’...........



05 Desember 2009 jam 16:46


Tidak ada komentar:

Posting Komentar